“Untuk manusia yang menjadikan Hari Bumi sebagai satu satunya masa mencita Bumi. Untuk manusia yang berpikir bahwa mencinta Bumi hanya ada di tanggal 22 April.”
Esai ini membahas bahwa apa yang disebut memelihara bumi seakan-akan hanya ada pada tanggal 22 April ketika peringatan Hari Bumi dilangsungkan. Hari itu, manusia menanam pohon, mangadakan peringatan bertema bumi atau berpawai mengelu-elukan “Save Our World”. Apakah memelihara bumi hanya dilakukan dalam satu hari? Atau mungkin, manusia tidak benar-benar serius mengedukasi diri untuk mengerti, apa dan bagaimana memelihara bumi?
Sepeda bermerek United yang saya kayuh menyusuri salah satu jalan raya di daerah Malang. Sore itu, jalan sesak dengan mobil dan sepeda motor yang beradu cepat menembus kemacetan yang mulai melanda. Saya mafhum karena jam itu adalah waktu pulang kantor bagi para pekerja dan para pelajar dari gedungnya.
Kota Malang dipenuhi dengan asap hitam yang mengembul ke udara. Asap hitam membuat saya harus menutup hidung agar tak masuk ke jantung. Setiap orang tengah menunjukkan kemakmuran dirinya melalui kendaraan yang ditumpanginya.
Sepanjang perjalanan, saya perhatikan wajah mereka terlihat kesal melewati jalan macet itu. Mereka terburu ingin segera melepas lesu yang datang menderu. Tak sedikit diantara mereka yang mengumpat tatkala ada kendaraan yang menyelinap. Kejengkelan mereka terhadap sesama pengendara membuat saya terheran dengan tingkah manusia.
Saya menyaksikan mobil-mobil yang berisi hanya satu orang. Jika kita bertanya pada manusia itu, maka dengan bangganya manusia akan menjawab, “Saya memiliki uang untuk membeli kendaraan. Saya memiliki uang untuk membeli bensin. Saya memiliki uang untuk memiliki lebih dari satu kendaraan. Toh, saya tidak menggunakan uang Anda. Apa salah saya?”. Beginilah kurang lebih jawaban yang akan terlontar dari seorang kaya, perusak dunia.
Dengan uang, manusia egois merasa tidak memiliki kesalahan apapun karena telah membeli segala sesuatunya dengan legal. Manusia lupa jika uang yang dimiliki tidak dapat menghasilkan minyak bumi yang hanya bisa dihasilkan berjuta-juta tahun sekali. Manusia lupa jika uang mereka hanya berfungsi untuk menghabiskan barang-barang di bumi tanpa memikirkan kelanjutan kehidupan anak cucu nanti.
Egoisme telah membelenggu pribadi untuk peduli pada kehidupan diluar diri. Manusia tengah memperhatikan kesejahteraan dan kenyamanan diri untuk tinggal di bumi. Banyak manusia menganggap hal kecil seperti berkendara di jalan tidak ada sangkut pautnya dengan kelangsungan hidup bumi. Barangkali manusia lupa hingga perlu diingatkan jika minyak bumi tidak bisa diproduksi dalam waktu sehari dua hari, layaknya menghasilkan uang di bank yang bisa selesai dalam hitungan waktu kehidupan.
Sebagai manusia yang mungkin menyadari atau mengaku memperhatikan bumi, apa yang bisa manusia lakukan? Teman saya pernah menjawab, “sebagai mahasiswa, kita bisa turut berpartisipasi pada peringatan hari Bumi. Melakukan penanaman pohon, mengadakan lomba tentang bumi dan kegiatan berkaitan dengan bumi lainnya.”
Katakanlah manusia mengaplikasikan dengan menanam pohon setahun sekali. Mengadakan kegiatan bertema bumi untuk mengenang tanggal 22 April sebagai saat pertama gagasan Gaylord Nelson tentang lingkungan diterima manusia. Atau mungkin, dengan berpawai mengelu-elukan “Save Our World”. Mengabadikan semua dalam galeri lalu menyatakan bahwa manusia telah mencinta bumi.
Iakah sebatas itu yang bisa manusia lakukan sebagai wujud mencinta bumi? Iakah hanya sehari manusia dituntut untuk mencinta bumi? Iakah dengan menanam seribu pohon setahun sekali manusia dikata mencinta bumi? Iakah dengan berpawai mengajak orang lain memperhatikan bumi dapat menjadi bukti bahwa pribadi telah mencinta bumi? Sebagaimana orang dimabuk asmara, cinta seharusnya membuat manusia melakukan apa saja untuk memuliakan yang dicinta. Lalu, bagaimana dengan mencinta bumi?
Nampaknya, manusia perlu berguru pada bumi. Mencinta tiada henti. Manusia perlu mengimbangi cinta bumi yang selama ini masih bertepuk sebelah tangan. Bumi menyedia udara dan manusia mengotorinya. Bumi menyediakan minyak alam dan manusia menghabiskannya. Sampai kapan bumi akan mencinta satu pihak tanpa ada balasan dari pihak lainnya?
Tak ada kata terlambat untuk mencinta. Jika tak banyak manusia yang melakukannya, bukan berarti cinta kita tidak berarti untuk bumi. Mencinta dengan cara kecil untuk mendukung perubahan besar.
Menambat kendaraan bermotor pribadi jika ada cara lain untuk menjangkau tempat yang dituju. Menggunakan kendaraan umum atau membumikan kendaraan tak bermesin. Langkah kecil yang jika dilakukan oleh banyak pihak akan menghemat minyak bumi untuk keturunan nanti. Menghargai udara dengan tidak turut serta menyumbang polusi.
Katakanlah, mencinta Bumi bisa dilakukan dengan cara sederhana. Katakanlah, Mencinta Bumi bisa dilakukan dari pribadi. Katakanlah, mencinta Bumi bisa dilakukan setiap hari.
Malang, 21 April 2010
Penulis: Asri Diana Kamilin, Mahasiswi Psikologi Universitas Negeri Malang
[HERVIEW] Juara Harapan III Lomba Esai FS2T UM
Sumber gambar: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbbW4yJijW_WKvfodEgDSK7DHOHdbtaP2Qv6MJ9dyTkiVxcVC0lT2eLAlBm5Y0n9RnMzYhTIYbHuio6yP9VfAyETf9lJEUkaP2a6UhnH-pBL9daYlU-VVYdECHLuzC2a_owJt0rbnytkA/s1600/green-living.jpg
0 komentar:
Posting Komentar